Walaupun tidak sampai sehidup-semati, namun cerita percintaan sepasang julang emas (Rhyticeros undulatus) mungkin merupakan perwujudan Romeo-Juliet di dunia hewan.
Dikala banyak burung akan berganti pasangan setiap musim berbiak tiba, si julang emas malah setia dengan satu pasangan saja. Julang emas tidak akan berganti pasangan sebelum pasangannya itu mati.
Dia akan setia dengan satu pasangan bahkan sering kemana-mana berdua, terbang berdua, mencari makan berdua, istirahat berdua, merawat anak berdua, kaw*n juga berdua.... ibarat peribahasa jawa “koyo mimi lan mituno”.
Kesetiaan si jantan akan sangat teruji ketika musim berbiak tiba. Mereka akan bersarang di lubang pohon yang telah ditempati selama bertahun-tahun. Betina bertelur 2 hingga 3 butir telur dan akan dierami hingga menetas.
Untuk melindungi anak-anaknya sepasang orang tua burung ini akan menutup pintu sarangnya dengan tanah dan kotorannya sendiri, hingga yang tersisa hanya lubang kecil yang cukup untuk masuk paruh saja. Ini membuat betina terpenjara dalam sarang selama berbulan-bulan.
Ketka si betina mengerami telur dalam “penjara” sarangnya, si jantan akan mencari makan untuk betina. Dia mondar-mandir kesana kemari mencari buah ara untuk makan betina. Ketika anak-anaknya menetas, julang jantan lebih sibuk lagi, karena sekarang ia harus mencari makan untuk anak-anaknya juga.
Si jantan akan menyimpan makanan yang ditemukannya dalam kantong di leher, dan akan memberikannya satu persatu kepada betina di sarang dengan memasukkan paruh melalui lubang sarang. Betina akan menerima dengan senang hati makanan yang dibawa kekasihnya itu.
Betina kemudian akan memberikan makanan itu kepada anak-anaknya agar tumbuh besar.
Ketika saatnya tiba, dinding sarang akan dihancurkan dan betina akan keluar dari sarang untuk bergabung bersama jantan mencari makan.
Mungkin dari kisah julang ini, kita bisa belajar.....makhluk yang hanya memiliki naluri tanpa memiliki akal ini begitu setia dengan pasangannya ibarate ora nolah-noleh kiwa tengen, juga contoh ayah yang bertanggung jawab memberi makan keluarga tanpa kenal mengeluh.
Namun manusia yang diberkahi akal malah kadang tidak setia dengan pasangan, sudah diberi pasangan yang cantik masih saja melirik rumput tetangga. Juga banyak cerita ayah yang tidak becus mencari nafkah dan hanya mengandalkan istrinya yang bekerja keras macam sinetron dunia terbalik.
Jadi kalau begitu julang lebih terhormat dari manusia dong ya hehehe.
Sekedar informasi saja
Burung julang emas berukuran besar, berekor putih dengan tubuh berwarna hitam. Jantan memiliki leher putih dengan kepa krem, sedangkan betina kepala dan leher hitam. Paruhnya besar dan di pangkal paruhnya terdapat kantong untuk menyimpan makanan. Kantong leher jantan berwarna kuning dan biru pada betina.
Julang emas dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Di Jawa mereka dapat dijumpai di Gunung Ungaran, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, dan beberapa tempat lainnya.
Baca juga Burung-Burung di Gunung Ungaran
Dikala banyak burung akan berganti pasangan setiap musim berbiak tiba, si julang emas malah setia dengan satu pasangan saja. Julang emas tidak akan berganti pasangan sebelum pasangannya itu mati.
Dia akan setia dengan satu pasangan bahkan sering kemana-mana berdua, terbang berdua, mencari makan berdua, istirahat berdua, merawat anak berdua, kaw*n juga berdua.... ibarat peribahasa jawa “koyo mimi lan mituno”.
Romantisme si julang |
Kesetiaan si jantan akan sangat teruji ketika musim berbiak tiba. Mereka akan bersarang di lubang pohon yang telah ditempati selama bertahun-tahun. Betina bertelur 2 hingga 3 butir telur dan akan dierami hingga menetas.
Untuk melindungi anak-anaknya sepasang orang tua burung ini akan menutup pintu sarangnya dengan tanah dan kotorannya sendiri, hingga yang tersisa hanya lubang kecil yang cukup untuk masuk paruh saja. Ini membuat betina terpenjara dalam sarang selama berbulan-bulan.
Ketka si betina mengerami telur dalam “penjara” sarangnya, si jantan akan mencari makan untuk betina. Dia mondar-mandir kesana kemari mencari buah ara untuk makan betina. Ketika anak-anaknya menetas, julang jantan lebih sibuk lagi, karena sekarang ia harus mencari makan untuk anak-anaknya juga.
Si jantan akan menyimpan makanan yang ditemukannya dalam kantong di leher, dan akan memberikannya satu persatu kepada betina di sarang dengan memasukkan paruh melalui lubang sarang. Betina akan menerima dengan senang hati makanan yang dibawa kekasihnya itu.
Mari makan |
Betina kemudian akan memberikan makanan itu kepada anak-anaknya agar tumbuh besar.
Ketika saatnya tiba, dinding sarang akan dihancurkan dan betina akan keluar dari sarang untuk bergabung bersama jantan mencari makan.
Mungkin dari kisah julang ini, kita bisa belajar.....makhluk yang hanya memiliki naluri tanpa memiliki akal ini begitu setia dengan pasangannya ibarate ora nolah-noleh kiwa tengen, juga contoh ayah yang bertanggung jawab memberi makan keluarga tanpa kenal mengeluh.
Namun manusia yang diberkahi akal malah kadang tidak setia dengan pasangan, sudah diberi pasangan yang cantik masih saja melirik rumput tetangga. Juga banyak cerita ayah yang tidak becus mencari nafkah dan hanya mengandalkan istrinya yang bekerja keras macam sinetron dunia terbalik.
Jadi kalau begitu julang lebih terhormat dari manusia dong ya hehehe.
Sekedar informasi saja
Burung julang emas berukuran besar, berekor putih dengan tubuh berwarna hitam. Jantan memiliki leher putih dengan kepa krem, sedangkan betina kepala dan leher hitam. Paruhnya besar dan di pangkal paruhnya terdapat kantong untuk menyimpan makanan. Kantong leher jantan berwarna kuning dan biru pada betina.
Julang emas dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Di Jawa mereka dapat dijumpai di Gunung Ungaran, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, dan beberapa tempat lainnya.
Baca juga Burung-Burung di Gunung Ungaran
EmoticonEmoticon