Apa itu Penyakit Epilepsi (Ayan)?

Membahas tentang penyakit epilepsi saya jadi ingat waktu masih kuliah dulu. Waktu itu saya memiliki seorang teman yeng menderita epilepsi dan kadang kumat bila dia merasa terlalu lelah. Teman saya yang satu ini kebetulan adalah seorang aktivis dan pernah juga menjabat sebagai ketua BEM, penyakit yang dideritanya ternyata tidak menghalangi semangatnya untuk berprestasi.

Jadi ada kebiasaan yang tidak boleh dia tinggalkan, yaitu dia harus pergi tidur maksimal pukul 10 malam, apabila dia begadang lebih dari jam sepuluh maka keesokan harinya dia akan kumat (kejang-kejang). Teman-teman serombel dan organisasi sudah sangat hapal dengan keadaannya dan selalu mengingatkannya ketika waktu tidur tiba. Bila ternyata ada rapat organisasi hingga lebih jam 10 malam dia pasti disuruh pulang dulu karena kondisinya.

Walaupun menderita epilepsi dia tidak pernah malu untuk bergaul dan termasuk mahasiswa yang berprestasi. Teman-teman pun tidak menjauhinya dan bahkan sangat perhatian terhadapnya. Dia menjadi contoh bahwa penyakit tidak akan menjauhkan diri dari teman dan prestasi apabila si penderita berterus terang dan memanajemen diri.


Epilepsi nyatanya merupakan penyakit yang dianggap memalukan. Bagaimana tidak, gejala kejang-kejangnya dapat muncul dimana saja kapan saja tanpa bisa diatur. Coba bayangkan ketika seorang penderita sedang dalam situasi yang sangat penting di hadapan banyak orang tiba-tiba kejangnya kumat, bukankah akan sangat memalukan. Oleh karena itu banyak penderita penyakit ini malah menutup diri dari pergaulan karena malu, padahal itu tidak perlu terjadi asal dia dapat memanajemen diri agar tidak “kumat” sembarangan.

Epilepsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu epilepsi idiopatik dan epilepsi simptomatik. Epilepsi idiopatik disebut juga epilepsi primer belum diketahui apa penyebabnya dan terjadi karena faktor keturunan. Sedangkan epilepsi simptomatik atau epilepsi sekunder disebabkan sejumlah faktor seperti luka berat di kepala, tumor otak, stroke, dan kerusakan otak lain.

Otak dipenuhi oleh neuron atau sel otak yang akan menghantarkan impuls listrik dari neuron menuju neuron lainnya. Gejala kejang-kejang pada epilepsi disebabkan karena impuls listrik yang dihasilkan terlalu berlebihan sehingga menimbulkan perilaku dan gerakan yang tidak terkendali. Si penderita tidak dapat mengonrol tubuhnya, kehilangan kesadaran, dan biasanya akan jatuh terbaring sambil kejang-kejang keras bahkan beberapa hingga muncul busa liur di mulutnya.

Epilepsi dapat terjadi pada semua umur, tidak terbatas anak-anak atau orang tua saja. Sayangnya penyakit ini belum ditemukan obatnya, hanya saja dapat ditekan “kumatnya” dengan mengkonsumsi obat antiepilepsi. Obat ini akan mencegah munculnya kejang-kejang sehingga penderita dapat beraktivitas tanpa rasa kuatir. Penderita epilepsi juga harus menjalani hidup sehat agar kejangnya dapat berkurang, penderita dianjurkan mengkonsumsi makanan sehat, rajin berolahraga, tidak minum alkohol, dan istirahat yang cukup.

Epilepsi dapat juga menyebabkan kematian mendadak yang disebut status epileptikus pada kasus yang sangat jarang terjadi. Kejadian ini terjadi ketika si penderita mengalami kejang lebih dari 5 menit dan sepenuhnya tidak sadar. Status epileptikus dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan berakibat pada kematian pada penderita.

Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Misalnya ketika seorang penderita epilepsi sedang mengendarai kendaraan bermotor dan tiba-tiba kejangnya kumat maka dapat menyebabkan terjadi kecelakaan. Oleh karena itu penderita diharapkan berhati-hati dan tidak sembarangan dalam mengendarai kendaraan bermotor.


EmoticonEmoticon