Pleciku Sayang Pleciku Malang

Burung Pleci atau Kacamata saat ini sudah sulit ditemukan di sekitar kita. Dulu waktu saya kecil sekitar tahun 1998-an masih mudah sekali melihat burung pleci di pepohonan sekitar rumah. Burung-burung itu sering terbang dan hinggap berkelompok membuat suasana pohon mendadak ramai karena siulannya.

Tapi sekarang untuk bisa ketemu burung itu kita harus rela berjalan jauh menyusuri hutan-hutan menuju tempat yang jarang dijamah manusia. Sekarang sudah sulit atau bahkan hampir tidak pernah menemukan pleci hinggap di sekitar perumahan.

oriental white eye
Zosterops palpebrosus atau Oriental White Eye, salah satu jenis pleci yang paling umum ditemukan

Semua itu terjadi karena maraknya aktivitas perburuan untuk tujuan ekonomi. Sekarang banyak sekali perlombaan kicau burung pleci dimana-mana. Di sekitar tempat tinggal saya saja di wonosobo hampir setiap bulan selalu ada event lomba kicau pleci.

Semakin maraknya lomba kicau pleci, semakin marak pula perburuan burung pleci. Banyak orang keluar masuk hutan membawa jaring untuk berburu burung kecil itu.

Semakin maraknya lomba membuat harga pleci di pasaran semakin tinggi. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan tergantung kualitasnya. Semakin merdu dan gacor kicaunya akan semakin mahal harganya. Apalagi kalau sudah sering menang lomba, sudah barang tentu harganya bisa selangit.

Yang membuat kami, pemerhati burung, miris adalah saat ini jumlah pleci benar-benar sudah berkurang jauh dari jaman dulu. Bila dulu di pohon cengkih depan rumah tidak terlalu sulit menemukan pleci, sekarang sudah tidak pernah lagi melihat gerak lincahnya.

Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan anak cucu kita nanti? 50 atau 100 tahun lagi masihkah ada pleci di alam Indonesia? Sepertinya kalau melihat tren saat ini, kemungkinan pleci punah di alam sangat tinggi.

Kasihan cucuku kelak tidak bakal tahu indahnya suara pleci bersahut-sahutan di pepohonan, yang bisa mereka dengar cuma suara sedih pleci di sangkar sempit.


EmoticonEmoticon