Asesmen Diagnostik dalam Kurikulum Merdeka – Asesmen diagnostik dibagi menjadi dua jenis yaitu tes diagnistik kognitif dan tes diagnostic non kognitif. Yang masiang masing tes ini berfungsi untuk membantu guru dalam merancang pembelajaan agar efektif dan tepat sasaran.
Asesmen Diagnostik adalah tes sebelum melaksanakan pembelajaran untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, pengetahuan dan keterampilan peserta didik serta untuk mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa sehingga dapat membantu guru dalam memberikan bantuan atau bimbingan serta perencanaan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran dalam meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan levelnya (teaching at the right level)
Kita perlu pahami betapa pentingnya asesmen diagnostik dalam kurikulum merdeka terutama diawal pembelajaran. Dimana Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama yaitu :
- Mengidentiikasi masalah atau kesulitas yang dialami oleh siswa
- Merencanakan tindak lanjut berupa upaya upaya pemecahan sesuai dengan masalah atau kesulitas yang telah teridentifikasi.
Asesmen diagnostik ini terdiri dari 2 jenis, yaitu tes diagnostik kognitif dan tes diagnostik kognitif
Asesmen diagnostik Kognitif
Asesmen Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (Pusmenjar, 2021).
Asesmen ini memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siswa yang sudah paham, siswa yang agak paham, dan siswa yang belum paham. Dengan demikian Bapak atau Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
Tes diagnostik Kognitif bisa dilaksanakan di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran dan semestinya dilaksanakan secara berkala setiap pergantian materi atau pergantian BAB pelajaran.
Asesmen Diagnostik Non kognitif
Asesmen diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, aktivitas belajar di rumah dan kondisi keluarga siswa. Beragamnya kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah, menyebabkan proses belajar dan kompetensi siswa menjadi sangat bervariasi.
Halaman selanjutnya
Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.
EmoticonEmoticon