Insan Faisal Ibrahim: Mengejar Mimpi Jadi Guru sebagai Profesi Surgawi

Hallo, Salam kembali kita berjumpa. Informasi terbaru dari Admin nih tentang Insan Faisal Ibrahim: Mengejar Mimpi Jadi Guru sebagai Profesi Surgawi. Yang dikutip dari naikpangkat.com.

Oleh: Insan Faisal Ibrahim, S.Pd

 

Menjalani profesi sebagai seorang guru merupakan mimpi yang dulu sempat hanya menjadi angan-angan. Namun meskipun terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, hal itu tidak membuat saya berhenti berjuang untuk mengejar mimpi yang sudah menjadi pengharapan tersebut.

Banyak orang yang memandang bahwa mimpi saya hanya akan menjadi sebuah penyesalan. Mereka mengatakan upah yang diterima oleh seorang guru tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang telah diberikan. Tapi kata-kata tersebut tidak membuat saya berhenti untuk mengejar mimpi yang sudah melekat dalam diri ini. Bagi saya, menjadi seorang guru bukanlah profesi duniawi yang haus akan materi, tetapi menjadi seorang guru adalah profesi surgawi yang bisa menjadi jembatan menggapai pahala di akhirat nanti.

Sudah hampir 5 tahun ini saya menggeluti profesi guru di lembaga Madrasah Ibtidaiyah yang berada di Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Banyak pembelajaran berharga dan momen indah yang saya alami selama menjadi seorang guru di lembaga tersebut. Salah satunya dapat berinteraksi dengan peserta didik, berkonsultasi dengan orang tua peserta didik, dan berkomunikasi dengan rekan seprofesi. Semua itu menjadi kenikmatan dan kebahagian tersendiri bagi saya selama menjadi seorang guru. Dan kenikmatan tersebut bisa saya rasakan karena memandang profesi guru sebagai tanggung jawab terhadap mimpi yang sudah direalisasikan Tuhan, bukan menjadikannya sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan.

Perjalanan yang tidak mudah telah saya lalui untuk mencapai mimpi agar bisa menjadi seorang guru. Tahun 2010, saya lulus dari SMAN 19 Garut. Melihat keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan, membuat saya harus mengalah untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Akhirnya, saya harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga dan menyisihkan sebagian upah yang saya terima untuk biaya persiapan masuk kuliah. 

Selang empat bulan bekerja, takdir berkata lain. Berniat kerja keras untuk mengumpulkan uang, tapi kondisi memaksa saya harus berdiam diri di rumah selama dua tahun. Saya mengalami patah tulang kaki kering akibat ditabrak pengendara motor. 

Kejadian tersebut membuat saya membuat saya frustrasi dan nyaris putus asa. Seluruh mimpi, harapan, cita-cita seakan-akan sirna ditelan rasa kecewa dan putus asa. Satu hal yang membuat saya bisa bangkit adalah dorongan dan semangat dari orang tua yang tidak pernah berhenti. Mereka terus memberikan motivasi untuk tetap meraih setiap mimpi dengan rasa percaya diri yang tinggi. 

Tahun 2014, keadaan saya mulai membaik dan bisa memulai aktivitas ringan meskipun dengan langkah kaki yang sedikit pincang. Saya memutuskan ingin pergi ke Batam ikut bersama paman bekerja di sebuah rumah makan Sunda. Awalnya orang tua melarang karena melihat kondisi saya yang belum sepenuhnya pulih. Namun, saya memberikan kepercayaan terhadap kedua orang tua hingga pada akhirnya hati mereka luluh dan memperbolehkan saya untuk pergi ke Batam. 

Singkat cerita, saya pun bekerja di Batam dengan penuh semangat demi mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membantu perekonomian keluarga dan menyimpan sebagian upah tersebut untuk biaya kuliah. Setelah sebelas bulan bekerja, saya haruskan pulang ke kampung halaman kembali di Garut karena mendapat kabar bahwa kakek saya meninggal dunia.

Sebulan kemudian, saya mendapatkan tawaran dari tetangga bekerja di sebuah rumah makan Padang yang berada di dekat Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Slamet Garut. Setelah satu tahun bekerja di tempat tersebut, saya meminta izin untuk berhenti bekerja.  Uang yang saya kumpulkan pun sudah cukup untuk biaya kuliah di salah satu perguruan tinggi di Garut. 

Sayang sekali, di tengah-tengah akan daftar kuliah, ternyata orang tua saya terlilit utang yang cukup besar. Pada akhirnya, saya harus merelakan uang yang selama ini saya simpan untuk membayar utang orang tua. Ada sedikit rasa putus asa untuk tetap mengejar mimpi menjadi seorang guru melihat keadaan yang seolah-olah harus mengawali lagi dari titik nol.

Namun Tuhan mengetuk hati saya untuk tetap berusaha dan bangkit dari rasa putus asa demi mencapai mimpi yang sudah melekat di dalam hati. Akhirnya, saya pun bekerja di salah satu toko bangunan dengan niat ingin tetap meraih mimpi dengan tetesan keringat sendiri.

Tahun 2016, saya pun terdaftar di salah satu perguruan tinggi Islam dan mengambil Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Saya pun mulai mencoba untuk mengajar di salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang sampai saat ini menjadi rumah kedua saya. 

Selama kuliah, saya masih memberikan sebagian uang kepada orang tua sebagai bentuk kewajiban seorang anak sulung untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hati saya meyakini bahwa setiap perbuatan yang mulia pasti akan mendatangkan kebahagiaan yang tidak pernah terkira. 

Benar, keajaiban pun datang. Saya terpilih menjadi salah satu mahasiswa berprestasi dan kemudian mendapatkan beasiswa. Dan saya bisa menyelesaikan perkuliahan dan menyandang gelar Strata 1 (S1) dengan lancar. 

Rasa cinta saya terhadap profesi guru membuat saya tidak pernah berhenti untuk selalu berinovasi dan terus berkarya di dunia pendidikan. Sejauh ini saya telah sukses mendapatkan beberapa penghargaan di antaranya terpilih sebagai salah satu Instruktur Nasional AKMI 2022 dari Kemenag RI; mendapatkan penghargaan dari GTK Madrasah Kemenag RI Tahun 2022 sebagai salah satu Guru GTK Madrasah Berprestasi; dan mendapat penghargaan dari Ketua Yayasan Madrasah Ibtidaiyah sebagai Guru Suri Teladan karena telah membawa nama harum Madrasah di tingkat Nasional pada tahun 2022.

 Hingga saat ini, saya sering mengikuti kegiatan Bimtek, Webinar, Diklat secara online untuk terus mengasah kemampuan di bidang pendidikan serta menambah wawasan terkait perkembangan ilmu pengetahuan. Hasil dari keikutsertaan saya pada kegiatan-kegiatan tersebut setidaknya telah menghasilkan kurang lebih 30 e-sertifikat selama kurun waktu dua bulan. Semua hal yang saya lakukan hanya karena memandang profesi guru sebagai profesi surgawi yang tidak hanya soal urusan dunia saja.  (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud



Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.


EmoticonEmoticon