Suwartini, S.Pd.
Pengajar di SMP N 1 Ngluwar Kab. Magelang
Kegiatan pembelajaran IPS di kelas IX semester genap khususnya pada materi Kemerdekaan perlu mengembangkan kompetensi menganalisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang yang mencakup masalah geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya dari awal kemerdekaan sampai awal reformasi. Di samping itu siswa perlu terampil dalam menyajikan perubahan dan kesinambungan antara geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya masyarakat Indonesia pada masa awal kemerdekaan, peristiwa heroik sekitar proklamasi, dan proses pengakuan kedaulatan.
Pada pelaksanaan pembelajaran materi tersebut selama ini di SMP N 1 Ngluwar pada kelas IX, peserta didik cenderung monoton dan kurang aktif serta kurang maksimal dalam mempelajari kompetensi tersebut. Hal ini secara umum memang lebih disebabkan karena gaya belajar dan model pembelajaran dari guru yang masih tradisional atau konvensional—kurang mengajak siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran serta rendahnya motivasi peserta didik.
Alasan demikianlah yang kemudian harus mendorong pihak guru untuk mencoba memikirkan solusi dan strategi lain agar peserta didik mau berubah dalam kegiatan pembelajaran sehingga lebih aktif, responsif, kreatif, dan kritis. Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan sesuai dengan yang diharapkan baik oleh guru, pemerintah, sekolah, serta semua pihak termasuk siswa dan orang tua siswa.
Model pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran PBL berbasis puzzle, seperti yang telah dilaksanakan di SMPN 1 Ngluwar pada kelas IX. Penerapan model PBL berbasis puzzle adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata, dalam konteks ini adalah sejarah yang telah terjadi pada masa kemerdekaan. Siswa dituntut untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan kreatif, terampil dalam pemecahan masalah, kemudian dapat memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi pelajaran dan kompetensi yang diharapkan.
Selanjutnya siswa sendiri mampu mengadaptasi permasalahan-permasalahan sejarah masa kemerdekaan untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi dalam memecahkan masalah sendiri atau bersama kelompok dan lingkungannya.
Model PBL berbasis puzzle merupakan penggabungan model PBL (Problem Based Learning) dengan masalah yang diajukan dalam bentuk penemuan dari puzzle. Model pembelajaran ini digunakan untuk merangsang cara berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah termasuk belajar dengan cara tepat, benar, bermanfaat guna mencapai sasaran tujuan nasional pendidikan.
PBL berbasis puzzle memiliki sejumlah keistimewaan karena model pembelajaran ini berdasarkan masalah kehidupan yang nyata atau sudah terjadi. Kemudian dari masalah yang ditemukan dalam bentuk puzzle akan dipecahkan siswa kemudian dikembangkan dan dirangsang untuk mempelajari masalah lain yang berkaitan dengan pokok materi atau masalah yang ada. Lalu menyimpulkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman barunya.
Tujuan pembelajaran berbasis masalah ini membuat siswa mampu menjadi pembelajar mandiri, aktif, dan tidak monoton. Ini berarti ketika siswa belajar, maka siswa akan memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya
Pembelajaran PBL juga sering disebut sebagai model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran pada masalah yang otentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa serta meningkatkan kepercayaan diri.
Hal di atas senada dengan pendapat Muslimin Ibrahim (2000:7), bahwa tujuan pembelajaran PBL dalam hal ini berbasis puzzle adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dan dalam berpikir kreatif serta memotivasi siswa untuk terus belajar.
Di sisi lain, pembelajaran berdasarkan masalah berbasis puzzle dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran yang aktif. Dan pembelajaran berbasis masalah juga dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dalam pemecahan masalah.
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa PBL berbasis puzzle difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran seperti pada cara belajar ceramah.
Dari beberapa hal yang telah diuraikan jelas bahwa PBL berbasis puzzle dimulai dengan adanya masalah yang dimunculkan siswa atau guru kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam kegiatan belajar. Hasil akhirnya, tujuan pembelajaran tercapai sehingga ada ketuntasan belajar dan kompetensi yang harus dikuasai.
Peran guru dalam pembelajaran model PBL berbasis puzzle menekankan pada adanya masalah dengan cara menyajikan masalah yang dibuat dalam bentuk puzzle sehingga anak atau peserta didik berpikir kreatif menemukan puzzle tersebut kemudian diharapkan mengembangkan kreativitas dan berpikir kritisnya dalam merangkai permasalahan yang ada, menemukan solusi pemecahannya, pandai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mampu melakukan diskusi, mampu melakukan penyelidikan, dan berhasil mencapai kesepakatan.
Media puzzle sendiri dapat dibuat dengan cara menggabungkan potongan-potongan tulisan atau gambar menjadi sebuah tulisan atau gambar yang telah ditentukan. Media ini bermanfaat sebagai media visual yang dapat menyalurkan pesan dengan cara menggabungkan potongan gambar menjadi gambar yang utuh.
Pelaksanaan model pembelajaran PBL berbasis puzzle yang dilaksanakan di SMP N 1 Ngluwar pada kelas IX materi masa kemerdekaan terbukti menunjukkan hasil yang positif serta memuaskan. Yang tak kalah penting pembelajaran jadi menyenangkan, baik bagi guru dan siswa.
Dalam melaksanakan model PBL berbasis puzzle memang perlu persiapan dari pihak guru dalam menyediakan masalah yang akan diajukan kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Akan tetapi ini sangat mudah bahkan bisa dikatakan sangat sederhana sekali.
Melihat dari hasil prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat dan melalui pengamatan aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama kegiatan belajar sangat responsif, adanya perubahan sikap perilaku siswa yang lebih tertib, aktif, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab, maka penerapan model PBL berbasis puzzle pada pembelajaran IPS materi masa kemerdekaan kelas IX bisa digunakan sebagai model pembelajaran sederhana yang menyenangkan. Sangat mungkin model pembelajaran tersebut dapat diterapkan untuk mengasah kompetensi lain atau topik lain. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud
Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.
EmoticonEmoticon