Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia


Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia materi pelajaran IPS kelas 7 semester genap. 

Tujuan Pembelajaran :

Menguraikan Keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia


Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia merupakan salah satu bukti kedatangan pedagang dari India ke Indonesia dengan membawa pengaruh kebudayaan yang cukup penting. 

Hal ini membuat banyak kerajaan berdiri di Indonesia, berikut ini kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia : 

Kerajaan Kutai 

Berdiri sekitar abad ke-4 atau ke-5 Masehi , merupakan Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Muara Kaman di hulu sungai Mahakam Kalimantan Timur. Raja Kutai pertama adalah Kundungga, kemudian diteruskan oleh Asmawarman dan Mulawarman. 

Peninggalan yang berharga kerajaan Kutai adalah Yupa yakni tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan. Ada tujuh Yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kutai. 

Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja Mulawarman telah memberi sedekah sebanyak 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.


Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara diperkirakan berdiri pada abad ke 5 Masehi. Letaknya di Jawa Barat. Raja yang terkenal adalah Raja Purnawarman. 

Peninggalan kerajaan ini  berupa 7 buah prasasti yaitu Prasasti Ciaruteun, Prasasti Tugu, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Jambu, dan Prasasti Cidanghiang. 

Dalam prasasti Tugu diceritakan bahwa raja memerintahkan pembuatan saluran air di (Sungai Gomati) sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu berfungsi sebagai irigasi untuk pertanian dan juga untuk mencegah bahaya banjir.


Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M,  Lokasinya berpusat di tepi Sungai Musi Palembang.  Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa, pada abad ke 9 Masehi.

Bukti Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai lalu lintas pelayaran dan  perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda dan Laut Jawa dari prasasti, antara lain: Prasasti Ligor, Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Nalanda,  Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Talang Tuo. 

Selain itu dari catatan musafir China yang bernama I-Tsing atau Yi Jing yang datang ke Sriwijaya pada  tahun 671 M.

Kerajaan Sriwijaya memiliki peranan penting sebagai pusat perdagangan dan pusat agama Budha di Asia Tenggara. 


Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke- 8 M.  Lokasi kerajaan ini berada di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram Kuno memiliki peninggalan-peninggalan berupa candi-candi yang monumental, seperti Candi  Borobudur dan Candi Prambanan.

Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno diperoleh melalui prasasti-prasasti peninggalannya seperti Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Mantyasih dan Prasasti Klurak 

Kerajaan Mataram Kuno awalnya diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Raja Sanjaya  digantikan oleh Rakai Panangkaran. 

Setelah itu pecah menjadi dua yaitu Kerajaan Mataram Hindu wilayahnya di Jawa Tengah bagian utara dan diperintah oleh Raja-raja dari Dinasti Sanjaya dan Kerajaan Mataram Budha yang wilayahnya di Jawa Tengah bagian selatan, dipimpin oleh raja-raja dari Dinasti Syailendra. 

Namun Perpecahan tersebut tidak berlangsung lama, Kerajaan tersebut berhasil dipersatukan kembali oleh Rakai Pikatan, setelah ia menikah dengan Pramodhawardhani, putri dari keluarga Syailendra. 

Sepeninggal Rakai Pikatan, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Dyah Balitung dan pada masa tersebut Mataram Kuno mencapai kejayaanya.

Raja-raja yang memerintah setelah Dyah Balitung adalah Raja Daksa, Raja Tulodong, Rakai Wawa, dan Mpu Sindok. Pada masa pemerintahan Mpu Sindok, Kerajaan Mataram pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Penyebab pindahnya kerajaan tersebut diperkirakan karena terjadinya bencana alam yakni meletusnya Gunung Merapi, yang menghancurkan pusat Kerajaan, dan adanya serangan dari Kerajaan Sriwijaya. 


Kerajaan Medang

Berdiri sekitar abad ke-10 M. Kerajaan Medang atau Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno,  setelah ibu kotanya dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tepatnya dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. 

Pendiri Kerajaan Medang adalah Mpu Sindok. Ia mendirikan dinasti baru yang disebut Dinasti Isyana. 

Pada tahun 1016 terjadi tragedi di Kerajaan Medang, pada waktu itu Raja Dharmawangsa sedang mengadakan pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga seorang putera Raja Udayana dari Bali. Ditengah suasana pernikahan, tiba-tiba ada serangan dari Raja Wurawari. Dalam serangan tersebut, seluruh anggota keluarga Raja Dharmawangsa meninggal. 

Airlangga berhasil menyelamatkan diri  bersama seorang pengikutnya bernama Narotama. Ia kemudian berhasil membangun kembali Kerajaan Medang. Pada tahun 1019 ia dinobatkan sebagai raja, menggantikan Dharmawangsa. Setelah bekuasa selama 23 tahun ia menyerahkan kekuasaannya kepada puterinya, namun puterinya menolak. Akhirnya Airlangga membagi 2 kerajaan yaitu Kerajaan Janggala dan Kerajaan Panjalu. 

Kerajaan Kediri

Kerajaan kediri berdiri sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di sekitar Sungai Brantas Kediri Jawa Timur.   Kerajaan Kediri merupakan hasil penyatuan antara Kerajaan Panjalu (Kediri) dan Kerajaan Janggala. Penyatuan tersebut terjadi pada tahun 1049. 

Raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan tersebut adalah Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara dan Kertajaya.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaanya pada masa Raja Jayabaya.  Beliau berhasil melaksanakan pemerintah dan mengembangkan kerajaan, dalam bidang ekonomi dan kebudayaan dengan baik. 

Kekuasaan Kertajaya diambil alih oleh Ken Arok dengan bantuan kaum Brahmana. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir, digantikan oleh Kerajaan Singhasari.


Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasari diperkirakan berdiri pada abad 13 Masehi . Lokasi kerajaannya terletak di Singosari Malang Jawa Timur.  Bukti sejarah kerajaan Singhasari adalah Kitab Pararaton. Dalam kitab ini dikisahkan bahwa Ken Arok awalnya seorang Akuwu di Tumapel, setelah berhasil merebut kekuasaan dari Akuwu Tunggul Ametung. Sejumlah kaum Brahmana datang ke Tumapel dan meminta perlindungan kepada Ken Arok, karena berselisih dengan Raja Kertajaya. 

Selanjutnya dengan dukungan para Brahmana, Ken Arok mengambil alih kekuasaan dari Kertajaya sehingga pusat kerajaan pindah dari Kediri ke Singhasari. Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Kertanegara. 

Singhasari mengalami keruntuhan setelah terjadi pemberontakan dari Jayakatwang yang menyebabkan Kertanegara terbunuh.


Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri sekitar abad ke-13. Terletak di sekitar Trowulan Mojokerto Jawa Timur.  Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya setelah berhasil mengambil alih kekuasaan dari Jayakatwang. 

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam dan  Mahapatih Gajahmada. Beliau dinobatkan sebagai mahapatih dan mengucapkan sumpah untuk mempersatukan Nusantara di bawah kerajaan Majapahit. Sumpah tersebut dikenal dengan Sumpah Palapa. 

Sehingga wilayah Nusantara berhasil dipersatukan di bawah Kerajaan Majapahit. Pada masa puncak kejayaanya, kerajaan majapahit mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang agraris dan maritim.  

Setelah Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada meninggal, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Hal tersebut karena Gajahmada tidak mempersiapkan generasi penerusnya. Selain itu karena perang saudara yang disebut Perang Paregreg. Sejak saat itu Kerajaan Majapahit tidak mampu bangkit lagi, dan akhirnya runtuh setelah mendapat serangan dari Kerajaan Demak di bawah pimpinan Adipati Unus.

Silakan simak video pembelajaran materi IPS kelas 7 semester genap tentang Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia


EmoticonEmoticon