Mengenal Pembelajaran berdiferensiasi Berbasis Multiple Intelligences di Kurikulum 2022

Hallo, Salam kembali kita berjumpa. Informasi terbaru dari Admin nih tentang Mengenal Pembelajaran berdiferensiasi Berbasis Multiple Intelligences di Kurikulum 2022. Yang dikutip dari naikpangkat.com.

Multiple Intelligences sangat penting untuk mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa di kelas. Untuk menerapkan Multiple Intelligences di kelas dibutuhkan cara atau strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu cara menerapkan Multiple Intelligences dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi sesungguhnya adalah jawaban atas kegelisahan sebagian guru yang merasa berlaku tidak ‘adil’ pada saat menyamaratakan faktor isi, proses, dan produk yang melibatkan anak didik yang sejatinya berbeda baik dalam hal kesiapan, minat, maupun gaya belajarnya.

Ketika ada seorang anak didik yang capaian belajarnya jauh dari yang diharapkan, penyebabnya tentu bukan karena anak ini adalah anak yang bodoh, melainkan karena guru belurn berhasil menyelaraskan dengan baik antara isi, proses, dan produk dengan kesiapan, minat, dan gaya belajar anak didik. Guru mestinya bisa membuat variasi pada isi, proses, dan produk disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak didik, bukan menyeragamkannya.

Pembelajaran dalam Kurikulum 2022 harus menyesuaikan tahapan dan kebutuhasn siswa yang beragam. Karena itu, pembelajaran berdiferensiasi berbasis Multiple Intelligences cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran di Kurikulum 2022 nantinya.

Sebelum itu, guru perlu mengenal bagaimana gambaran secara khusus tentang proses pembelajaran berdiferensiasi berbasis Multiple Intelligences.

Adapun gambaran secara khusus tentang proses pembelajaran berdiferensiasi berbasis Multiple Intelligences di ungkapkan oleh Arends dan Kilcher.

1. Hendaklah dimulai dengan melakukan perencanaan yang bagus.

Dalam merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru hendaknya mempertimbangkan penglarifikasian materi/isi, pendiagnosaan kesiapan anak didik, dan pendesainan pengalaman belajar yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar dapat mengakomodir semua anak didik dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing.

2. Guru mulai mengatur kelas berdiferensiasi.

Pengaturan kelas berdiferensiasi ini tentu saja didasari oleh perbedaan yang ada pada setiap anak didik. Pada satu waktu, anak didik bisa saja melakukan aktivitas belajar secara individual. Namun, pada waktu yang lain, anak didik mungkin juga melakukan aktivitas belajar secara berkelompok. Pengaturan kelompok dalam kelas berdiferensiasi ini dilakukan secara fleksibel, bisa didasari oleh kesamaan minat, kesiapan akademik, ataupun gaya belajar anak didik.

3. Guru juga diharapkan dapat merancang penilaian yang tepat dalam kelas berdiferensiasi.

Penilaian dalam kelas berdiferensiasi berbeda dengan penilaian pada kelas tradisional pada umumnya. Ia merupakan penilaian tanpa henti dan merupakan bagian yang terpadu dengan pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian itu dilakukan di awal (diagnostik), tengah (formatif) dan di akhir (sumatif). Tidak seperti di kelas tradisional yang mengaplikasikan penilaian hanya pada bagian akhir pembelajaran dan melakukannya secara terpisah dengan proses pembelajaran. Bahkan, dalam pembelajaran berdiferensiasi anak didik dapat memilih sendiri jenis penilaian yang mereka inginkan atau yang sesuai dengan minat, kesiapan, dan gaya belajar mereka.

4. Guru berperan sebagai fasilitator

Pada pembelajaran berdiferensiasi, membahas perencanaan, pengaturan dan penilaian saja belumlah cukup. Seperti apa peran anak didik dan guru dalam pembelajaran berdiferensiasi juga menj adi hal yang penting untuk dibahas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru berperan sebagai fasilitator bagi anak yang berhak atas proses belajar yang aktif, nyaman, menyenangkan. Dalam pembelaj aran berdiferensiasi, anak didik menjadi pusat pembelajaran.

5. Membangun persepsi positif anak didik

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam kelas berdiferensiasi adalah membangun persepsi positif anak didik terhadap guru dan sebaliknya, guru terhadap anak didik. Anak didik yang memiliki persepsi bahwa gurunya menawarkan kehangatan, penerimaan, dan penghargaan atas dirinya, akan dengan mudah memiliki persepsi bahwa dirinya mampu secara akademik dan mempunyai rasa memiliki terhadap sekolahnya.20 Dalam kelas berdiferensiasi, guru hendaknya memiliki persepsi positifterhadap semua anak didiknya. Dengan demikian, perasaan bahwa dirinya diperlakukan dengan hangat, diterima dengan baik, dan dihargai dengan segala kelebihan dan kekurangannya akan muncul dalam persepsi anak didik.

Silakan Bapak dan Ibu Guru dapat Ikuti diklat online 64JP “Desain Pembelajaran Kurikulum Paradigma Baru 2022″ ”. Klik LINK INI untuk mendaftar jadi member.

Artikel Mengenal Pembelajaran berdiferensiasi Berbasis Multiple Intelligences di Kurikulum 2022 pertama kali tampil pada NaikPangkat.com.



Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.


EmoticonEmoticon