Meniti Jalan Menjadi Guru: Bustamin

Hallo, Salam kembali kita berjumpa. Informasi terbaru dari Admin nih tentang Meniti Jalan Menjadi Guru: Bustamin. Yang dikutip dari naikpangkat.com.

Ditulis oleh Bustamin

Guru di SMA Negeri 2 Pinrang

Saya lahir pada tahun 1967 dan tumbuh besar di sebuah kota kecil di provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya  di kampung Sumpang, Binangae, Kabupaten Barru. Sampai usia 5 tahunan, seperti anak pada umumnya, saya suka bermain bersama teman-teman sebaya. 

Ayah saya adalah seorang guru di sebuah Sekolah Dasar (SD) di kampung, tidak jauh dari rumah di mana saya tinggal bersama dengan kedua orang tua dan saudari-saudari saya. Namun saya tidak bersekolah di tempat ayah saya mengajar. Saya menempuh pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di salah satu sekolah di Kabupaten Barru. 

Awalnya tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk menjadi seorang guru. Masih teringat jelas dalam kenangan saya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya dan teman-teman sering membuat catatan di selembar kertas yang bertajuk Salam Perkenalan (Salper). Di dalam lembaran itu kami harus menulis cita-cita kami. Saya selalu menulis ingin menjadi seorang Insinyur Pertanian. Ini dikarenakan waktu itu bidang pertanian lagi naik daun dan banyak tetangga saya yang bergelar Insinyur Pertanian (IR).

Ketika saya sudah menginjak di bangku Sekolah Menengah Pertama di  SMPN 1 Barru, kebiasaan menulis catatan Salper masih terus menjadi kebiasaan dalam keseharian. Waktu itu saya masih kukuh masih ingin menjadi Insinyur Pertanian. 

Pada suatu ketika, salah seorang kerabat saya dari Makassar ditugaskan di Kabupaten Barru untuk menjadi pengawas pembangunan beberapa jembatan. Salah satu barang yang dia bawa adalah sebuah radio kaset. Sepulang dari pekerjaannya, beliau selalu menyempatkan diri  memutar lagu Barat dan saya ikut mendengarkan. Saya masih ingat persis lagu itu, berjudul “DON’T SLEEP AWAY THE NIGHT MY BABY .”

Dari peristiwa itu muncul rasa keingintahuanku tentang Bahasa Inggris. Selalu muncul dalam pikiranku, “Bahasa apa yang digunakan penyanyi ini. Saya tidak mengerti tapi kedengarannya bagus.” 

Terus berulang pertanyaan itu setiap kali saya mendengarkan lagu tersebut. Di sanalah titik awal saya mulai menyenangi Bahasa Inggris. 

Hari demi hari saya menghafalkan banyak kosa kata Bahasa Inggris dan hasilnya menjadi kebanggaan bagi diri saya. Pasalnya, hal itu membuat saya masuk sebagai salah seorang siswa yang masuk kategori teratas dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Ini terus berlanjut sampai jenjang sekolah menengah atas.

Berikutnya ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Barru, ada program belajar Bahasa Inggris dari Radio Australia, ABC (Australian Broadcasting Coorporation). Dari situ juga yang semakin membuat saya senang dengan Bahasa Inggris. Siswa yang mengikuti program tersebut dapat meminta buku dari ABC secara langsung. Dan saya mendapatkan tiga buku. Inilah yang sangat memotivasi saya untuk belajar lebih jauh lagi mengenai Bahasa Inggris.

Setamat sekolah menengah atas tiba waktunya mendaftar di perguruan tinggi. Tak ada pilihan jurusan lain kecuali Bahasa Inggris. Semangat  dan niat sudah bulat. 

Dan alhamdulillah, tepatnya tahun 1986, saya diterima sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Ujung Pandang—waktu itu namanya IKIP Ujung Pandang pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Dari sini lah tertempa semangat dan cita-cita, saya ingin menjadi seorang guru. Ditambah dorongan dari figur seorang ayah yang berlatar belakang pendidikan seorang guru. 

Ada banyak cerita yang tidak bisa saya torehkan di sini selama belajar di IKIP Ujung Pandang. Yang jelas, penuh suka dan duka selama menempuh pendidikan tersebut karena harus jauh dari orang tua dan sanak keluarga. 

Pada akhirnya di tahun 1990, saya berhasil menyelesaikan pendidikan di IKIP Ujung Pandang dengan predikat Cumlaude. Kebanggaan yang sangat luar biasa pada saat menerima ijazah dari Bapak Rektor kami waktu itu, yaitu Prof. Dr. Paturungi Parawansa. 

Setelah lulus kuliah, saya mengikuti seleksi penerimaan CPNS. Saya diterima pada tahun 1991 dan ditempatkan di sebuah sekolah menengah atas jauh dari kampung halaman. Tepatnya di SMA Negeri Pekkabata, Kabupaten Pinrang (sekarang SMA Negeri 2 Pinrang).

Di SMA Negeri 2 Pinrang inilah, saya benar-benar menggapai cita-cita saya sebagai seorang guru. Di sini saya dapat menerapkan apa yang telah saya peroleh di kampus dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. 

Di awal tahun semua berjalan degan lancar. Namun tiga tahun setelahnya, saya hampir drop dan putus asa. Saya sempat ingin pindah mengajar ke kampung halaman. Pasalnya saat itu saya tinggal sendiri di kompleks sekolah. Saya merasa kesepian walaupun ada teman lain di sekitar saya. Bahkan bila malam tiba, di tengah kesendirin dan keheningan malam, selalu ada perasaan yang membisik, “Aku ingin pulang kampung untuk mengajar di sana.“ 

Untungnya ada salah seorang senior guru Bahasa Inggris yang selalu memberi motivasi agar saya tetap bertahan, karena beliau pun juga merasakan hal yang sama pada awalnya. Walhasil saya dapat bertahan sampai saat ini dan telah mempunyai keluarga kecil di tempat ini. Alhamdulillah. 

Bahkan ketika di kelas bersama siswa-siswi, sering saya katakan pada mereka  bahwa saya adalah orang Pinrang sekarang, walaupun saya tidak lahir di sini karena saya telah lebih banyak menghabiskan hidupku di tempat ini dibandingkan di tanah kelahiran. Saya tinggal di kampung halaman hanya 18 tahun, sementara di kota Pinrang terhitung sampai sekarang  sudah 31 tahun.

Tugas sebagai Guru

Menjadi seorang guru atau pendidik ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah karena guru tidak hanya mendidik atau mengajarkan materi kepada siswa. Namun lebih dari itu, guru juga adalah seorang pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus sebagai pusat inisiatif pembelajaran.

Beberapa pakar dalam bidang pendidikan mengatakan, terdapat beberapa  tugas dan tanggung jawab sebagai guru di antaranya adalah; 

1. Guru bertanggung jawab dalam pengajaran 

2. Guru bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan 

3. Guru perlu menghormati pribadi anak 

4. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum. 

Dengan melihat tugas dan tanggung jawab guru tersebut maka tidaklah naif kalau guru memang sejatinya berperan penting dalam mempersiapkan generasi masa depan. 

Kita semua maklum bahwa peran guru sangatlah penting dalam rangka mempersiapkan generasi handal dan teruji dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Oleh karena itu tugas seorang guru tidak hanya mengajar tapi harus tetap belajar mendidik dengan baik. 

Seorang guru harus punya sifat sabar, penyayang dan penuh perhatian karena setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda. Mulai dari perbedaan latar belakang keluarga, bahasa, dan etnis. Semua itu harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. 

Seorang guru tidak boleh hanya berpredikat pintar, pakar, ahli di bidangnya atau apapun namanya. Melainkan seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai agen perubahan atau agent of change.   

Seorang guru pun harus dapat menumbuhkankembangkan  semangat belajar siswa dan dapat membuat siswa lebih baik lagi. 

Oleh sebab itu, tugas guru tidaklah ringan. Seorang guru yang baik tidak hanya menjelaskan dan memberikan materi kepada siswa, melainkan guru harus dapat memotivasi dan menginspirasi siswa. Seorang guru harus memikirkan apa yang terbaik bagi peserta didiknya di masa depan. Guru harus membantu peserta didik untuk memikirkan masa depan yang baik sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.

Jika dilihat dalam dunia nyata, tidak semua guru dihargai oleh peserta didik terutama oleh peserta didik yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Paling tidak itu yang saya alami. Mereka sering mengabaikan apa yang telah dikatakan oleh gurunya. Bahkan tidak sedikit dari peserta didik yang kerap mencaci-maki seorang guru. Namun ini adalah tantangan yang harus dicari solusinya. 

Pendekatan religius adalah salah satu jawabannya, menurut hemat saya. Artinya seorang guru harus mengajar dari dalam hati. Sentuh anak kita dengan hati tulus kita. Dengan begitu, maka seorang guru akan dapat mentransfer ilmu dengan baik. 

Memang tidak sepantasnya seorang guru mendapat perlakuan yang tidak baik dari siswanya. Inilah mengapa seorang guru harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Dalam menghadapi peserta didik yang notabene dikatakan “nakal” tidak bisa hanya bermodalkan pintar saja, melainkan guru harus mampu mendidik dan membimbing peserta didik dengan tekun supaya peserta didik dapat mengubah tingkah lakunya dan cara belajarnya.

Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah saja, tetapi bisa dikatakan di mana saja. Di rumah misalnya, guru adalah sebagai orangtua yang mendidik para putra-putrinya. Di dalam masyarakat, guru seringkali dipandang sebagai tokoh suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Artikel Meniti Jalan Menjadi Guru: Bustamin pertama kali tampil pada NaikPangkat.com.



Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.


EmoticonEmoticon