Penerapan Konsep Belajar Mandiri untuk Wujudkan Lingkungan Kritis di Kelas

Salam Pendidikan, Mengutip dari wartaguru.id berikut sebuah artikel yang berjudul Penerapan Konsep Belajar Mandiri untuk Wujudkan Lingkungan Kritis di Kelas kami persembahkan untuk para pendidik sekalian.

Konsep Belajar Mandiri – Setiap tahun, konsep belajar mandiri selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Hal ini lantaran begitu berharganya konsep tersebut agar menjadi bagian integral dalam diri peserta didik. Menjadi pembelajar mandiri merupakan sebuah kebutuhan generasi. Bangsa yang besar tentu terwujud lantaran sebagian besar pendirinya memiliki sikap kemandirian yang tangguh.

Misalnya saja, Ir. Soekarno dan juga para pahlawan lainnya. Mereka adalah para pejuang yang tangguh serta memiliki kemandirian tingkat tinggi. Andaikata tidak ada kemandirian, kemerdekaan bangsa tentulah akan menjadi lama dan tidak diproklamasikan pada tahun 1945 seperti sekarang.

Idelanya, kolaborasi dari adanya kecanggihan teknologi dan konsep belajar mandiri akan menjadi aspek yang unggul dalam diri seseorang. Hanya saja, tentu keduanya tidak bisa terwujud sempurna dalam diri peserta didik itu sendiri. Dibutuhkan beberapa periode waktu, bahkan bisa sampai puluhan tahun.

Hanya saja, kondisi tersebut nampaknya juga akan mengalami banyak hambatan. Sebab nyatanya kecanggihan teknologi juga menimbulkan berbagai masalah negatif lainnya di dunia pendidikan. Misalnya, aspek kelalaian dalam penuntasan tanggung jawab yang dilakukan oleh para peserta didik.

Selain lalai, terkadang para peserta didik rentan untuk memilih berada di posisi “yang penting terkumpul tugasnya” saja daripada memperhatikan kembali dan mengecek jawaban secara mendetail. Ini menunjukkan sikap kurangnya diri dalam memutuskan kebijakan terkait masa depannya. Dan bangunan pondasi dari sikap tersebut yakni berawal dari sikap kemandirian.

Bagaimana Menerapkan Konsep Belajar Mandiri bagi Lingkungan Peserta Didik?

Dalam penerapannya, konsep tersebut tentu tidak dapat diwujudkan dengan mudah. Sebab ada beberap komponen yang harus dipenuhi oleh sang guru. Tujuannya agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana secara optimal. Keoptimalan dan efektivitasnya dapat senantiasa terus ditingkatkan dengan pemahaman aspek motivasi, efikasi diri, arah, orientasi tujuan, control, regulasi diri dan metakognisi. Adapun penjabarannya sebagai berikut :

1.    Aspek Motivasi

Motivasi merupakan sebuah proses yang menjabarkan serangkaian intensita, ketekunan, keyakinan maupun arah seorang individu untuk bisa meriah tujuannya. Sebagai awalan, motivasi biasanya terdiri dari beberapa alasan kondisional dan situasional yakni alasan siswa memilih dan terlibat pada tugas akademik. Aspek motivasi terbagi menjadi dua jenis yakni intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, merupakan dorongan yang muncul dari diri sendiri misal seperti keyakinan bahwa seorang individu tersebut dapat menyelesaikan suatu hal sebab kemampuannya. Sedangkan motivasi ekstrinsk merupakan dorongan yang diyakini timbul karena lingkungan, keluarga maupun teman sekitar ikut memberikan masukan agar sang individu bisa melakukan hal ini dan itu.

2.    Aspek Orientasi Tujuan

Sedangkan aspek yang lainnya yakni orientasi tujuan merupakan konsep yang lebih sempit cakupannya dari motivasi. Orientasi tujuan merupakan sebuah pernyataan terkait keadaan yang diinginkan seseorang.

Kemudian seseorang tersebut ingin mewujudkan tujuan tersebut di waktu tertentu. Memiliki orientasi tujuan akan menjadikan individu menetapkan arah dan langkah untuk meraih tujuan tersebut.

Segala rintangan dan hambatan tentu akan dilibas agar tujuan baik tersebut dapat terpenuhi. Tentunya dengan menggunakan berbagai sarana dan prasarana yang ada khususnya sebagai seorang peserta didik.

3.    Aspek Efikasi Diri

Aspek selanjutnya yakni berkaitan dengan efikasi diri. Makna sederhana dari aspek tersebut yakni bagaimana seseorang menilai individu terkait kemampuannya dalam hal pengaturan dan pelaksanaan program serta memutuskan tindakan yang dibutuhkan untuk meraih tujuannya. Konsep ini berbeda jauh dengan penilaian harga diri seseorang. Sebab efikasi diri cenderung bersandar pada penilaian terkait kompetensi pribadi, bukan dari reaksi emosional seseorang terhadap individu tersebut.

Menurut pakar pendidikan, Linnenbrink dan Pintrich (2003), keduanya menegaskan bahwa terdapat 3 komponen penting yang berkaitan dengan efikasi diri. Pertama, komponen keterlibatan waktu. Komponen tersebut berkaitan dengan perilaku individu yang dapat diamati sang guru ketika berada di dalam kelas, khususnya pada saat peserta didik tersebut mengerjakan soal.

Kedua, komponen keterlibatan kognitif. Keterlibatan kognitif berkaitan dengan pemikiran kritis dari individu misal bagaimana cara mereka untuk mengambil manfaat dari setiap strategi belajar yang berbeda – beda serta penggunaan metakognisi. Ketiga, komponen keterlibatan motivasi. Keterlibatan motivasi merupakan dorongan atau kepentingan pribadi yang dimiliki indiidu pada pengerjaan tugas dan persepsi terkait nilai serta urgensitas dari utilitas tugas umumnya.

4.    Aspek Pusat dari Kontrol

Aspek selanjutnya yakni pusat dari kontrol atau Locus of Control. Aspek ini merupakan kemampuan individu dalam memaknai asal muasal terjadinya peristiwa. Aspek ini terdiri dari dua tipe yakni Internal locus of control dan external locus of control.

Pertama, internal locus of control merupakan kemampuan seseorang dengan pusat kontrol diri yang ditunjukkan pada karakter merasa selalu ingin bertanggung jawab atas segala kejadian yang pernah individu alami.

Kedua, external locus of control merujuk pada dorongan dari dalam individu yang selalu ingin menyalahkan atau mensyukuri segala keberuntungan, petaka maupun keadaan diri serta kekuatan yang ada dalam diri individu tersebut.

5.    Aspek Metakognisi

Aspek kognisi merupakan kemampuan maupun pengetahuan individu dan kontrol diri terhadap segala proses kognitif yang individu miliki. Kehadiran aktivitas berfikir dan belajar merupakan wujud dari seseorang yang memiliki tingkat metakognisi yang baik. Sederhananya, metakognisi merupakan kemampuan belajar individu dengan melakukan serangkaian proses seperrti menganalisis, merenungi, serta memahami secara kognitif proses belajar yang dilakukan. Kemudian, individu tersebut juga memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi strategi pembelajaran yang tepat dan cerdas berdasar konten yang sedang dipelajari.

6.    Aspek Regulasi Diri

Aspek regulasi diri merupakan upaya dan kemampuan individu dalam mengontrol sikap, minat serta upaya dalam pelaksanaan tugas untuk meraih tujuan dengan senantiasa memahami beberapa persyaratan baik dari tugas maupun tujuan.Individu akan selalu melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi atas terlaksananya sebuah kegiatan pembelajaran tanpa bantuan dari teman sekitar.

Tahapan Penerapan Belajar Mandiri

Kemudian, guru perlu memahami beberapa tahapan dalam penerapan belajar mandiri. Adapun tahapannya yakni :

1.    Tahapan Evaluasi dan Refleksi

Tahapan tersebut akan mengarahkan peserta didik mendapat pelatihan dan pendidikan untuk bisa melakukan refleksi dan evaluasi pada proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian, mereka akan mengikuti serangkaian kegiatan analisis hasil serta mencari kebermaknaan dari metode yang digunakan. Tujuannya, kegiatan tersebut akan menjadi penilaian kemajuan dari masing – masing peserta didik. Catatan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi dan diarsipkan sebagai file dari proses evaluasi dan refleksi.

2.    Tahapan Berbagi

Kemudian tahapan selanjutnya yakni berbagi. Berbagi maksudnya antar individu dapat saling berbagi dampak atas keseluruhan evaluasi dan perbaikan yang dilakukan. Selain memberikan informasi, mereka juga dapat saling bertukar informasi.

Sehingga di masa depan akan ada proses perbaikan dan pengembangan yang lebih baik. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam teamwork, baik offline maupun online. Adanya unsur keterbukaan dalam berbagai akan semakin memberikan peningkatan kesempatan bagi setiap individu yang ingin berbagi.

Nah demikian ulasan mengenai penerapan konsep belajar mandiri di dalam kelas dan beberapa komponen yang harus dimengerti oleh para guru. Semoga dapat menjadi bahan referensi.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

(shd/shd)

 

Artikel Penerapan Konsep Belajar Mandiri untuk Wujudkan Lingkungan Kritis di Kelas pertama kali tampil pada WartaGuru.ID.



Semoga artikel informasi di atas mengenai Penerapan Konsep Belajar Mandiri untuk Wujudkan Lingkungan Kritis di Kelas bermanfaat dan menambah pengetahuan serta ilmu kita semua.


EmoticonEmoticon