Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Hallo, Salam kembali kita berjumpa. Informasi terbaru dari Admin nih tentang Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Yang dikutip dari naikpangkat.com.

Ditulis oleh Arief Goeritno

Mahasiswa Program Doktoral Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro, Universitas Telkom Bandung

 

 

Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) Indonesia menghadapi berbagai tantangan, di antaranya adalah pencapaian akses energi yang terjangkau dan bersih di wilayah Jamali tersebut. 

Bukan hanya itu saja, ketidakmerataan akses energi, ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan hambatan dalam pengembangan energi terbarukan juga menjadi masalah yang perlu segera diselesaikan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi strategi dan kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah untuk mengatasi tantangan tersebut dan promosi transisi menuju energi  yang lebih berkelanjutan. 

Berdasarkan analisis mendalam setidaknya terdapat sejumlah rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan untuk mendukung terhadap pencapaian SDGs Nomor 7 di wilayah Jamali dengan cakupan untuk peningkatan investasi dalam infrastruktur energi terbarukan, penguatan regulasi, dan promosi efisiensi energi.

Wilayah Jawa, Madura, dan Bali (JAMALI) sendiri merupakan pusat kegiatan ekonomi dan populasi terbesar di Indonesia. Walaupun demikian, di wilayah ini masih menghadapi berbagai tantangan dalam penyediaan akses energi yang terjangkau dan bersih sesuai dengan salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs), khususnya nomor 7. 

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB, SDGs) merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk penyejahteraan masyarakat dengan cakupan 17 tujuan dan sasaran global pada tahun 2030 yang dideklarasikan oleh negara-negara maju maupun berkembang di Sidang Umum PBB pada September 2015 lalu.

Tujuh belas tujuan tersebut, yaitu: 

  1. Tanpa Kemiskinan 
  2. Tanpa Kelaparan 
  3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera 
  4. Pendidikan Berkualitas 
  5. Kesetaraan Gender
  6. Air Bersih dan Sanitasi Layak
  7. Energi Bersih dan Terjangkau
  8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
  9. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur
  10. Berkurangnya Kesenjangan
  11. Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
  12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
  13. Penanganan Perubahan Iklim
  14. Ekosistem Lautan
  15. Ekosistem Daratan
  16. Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh
  17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Tujuan pada nomor 7 dalam SDGs di atas menyatakan “Energi Bersih dan Terjangkau ” dengan tujuan utama berupa memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua orang. Dengan demikian, SDGs Nomor 7 memainkan peran penting dalam kepastian masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil secara global, dengan fokus khusus pada akses energi, keberlanjutan, dan transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan bersih di era pasca-industri.

Perlu dipahami bahwa latar belakang dan sejarah SDGs ditandai dengan era Millenium Development Goals pada tahun 2000-2015, kemudian kebutuhan energi dalam pembangunan, serta proses menuju SDGs. Era MDGs (2000-2015), PBB menetapkan Millenium Development Goals (MDGs) yang berlangsung dari 2000 hingga 2015. Millenium Development Goals (MDGs) ini lebih fokus pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesehatan dan pendidikan, namun tidak memiliki tujuan khusus untuk energi. 

Kebutuhan energi dalam pembangunan, yaitu selama periode MDGs diakui, adalah komponen penting untuk pembangunan berkelanjutan. Akses ke energi adalah faktor kunci dalam pengentasan kemiskinan, perbaikan kesehatan, pemberian fasilitasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi. 

Proses menuju SDGs, yaitu pada konferensi Rio+20 tahun 2012, menekankan pada pentingnya energi berkelanjutan. Hal itu lalu memicu diskusi tentang pengembangan tujuan energi khusus dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Setelah konsultasi yang luas dan perundingan antar negara, SDGs dirumuskan pada 2015, termasuk SDGs Nomor 7 sebagai tujuan dalam penekanan terhadap pentingnya energi untuk semua aspek kehidupan modern.

Mengingat SDGs Nomor 7 memainkan peran penting dalam kepastian masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil secara global, dengan fokus khusus pada akses energi, keberlanjutan, dan transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan bersih di era pasca-industri, maka perlu adanya sebuah rekomendasi yang perlu dilakukan.  

Pilar Utama SDGs Nomor 7 yaitu meliputi akses universal terhadap energi, peningkatan terhadap energi terbarukan,efisiensi energi, dan peningkatan infrastruktur energi. Akses universal terhadap energi yaitu keterjaminan untuk semua orang dalam kepemilikan akses terhadap layanan energi yang terjangkau, andal, dan modern pada tahun 2030. 

Peningkatan terhadap penggunaan energi terbarukan, yaitu secara signifikan dalam upaya peningkatan terhadap proporsi energi terbarukan dalam bauran energi secara global.

Efisiensi energi, yaitu pelipatgandaan tingkat peningkatan efisiensi energi secara global pada tahun 2030.Meningkatkan infrastruktur energi, yaitu meningkatkan kerja sama internasional untuk memfasilitasi akses ke penelitian dan teknologi energi bersih, dan meningkatkan investasi dalam infrastruktur energi. 

Tapi faktanya, meskipun Jawa memiliki tingkat elektrifikasi yang tinggi, tetapi masih terdapat ketidakmerataan akses energi di Madura dan Bali. Beberapa wilayah terpencil di Madura masih mengalami kesulitan akses ke listrik yang andal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, masalah ini perlu segera ditangani oleh pihak-pihak terkait khususnya pemerintah pusat dan daerah. 

Kedua, ternyata wilayah Jamali masih sangat bergantung pada batubara dan bahan bakar fosil lainnya untuk pembangkit listrik. Hal ini sebagai penyebab tingginya emisi gas rumah kaca dan polusi udara yang berdampak negatif pada kesehatan, masyarakat, dan lingkungan. Masalah ini juga perlu menjadi pusat perhatian dan perlu segera diselesaikan. 

Potensi energi terbarukan di wilayah Jamali sebenarnya memiliki kapasitas yang memadai. Namun energi-energi tersebut seperti surya dan angin, belum dimanfaatkan secara optimal. Hambatan regulasi dan kurangnya investasi menjadi kendala utama dalam pengembangan proyek energi terbarukan di wilayah ini.

Kemudian tingkat efisiensi energi di sektor rumah tangga dan industri di wilayah Jamali masih rendah. Banyakbangunan dan industri yang masih menggunakan peralatan yang tidak efisien dalam penggunaan energi.

Sebagai kesimpulannya, wilayah Jamali masih menghadapi tantangan signifikan dalam pencapaian tujuan nomor 7 dari SDGs, termasuk ketidakmerataan akses energi, ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan hambatan dalam pengembangan energi terbarukan. Pengambilan langkah-langkah oleh pemerintah telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, tetapi masih diperlukan upaya yang lebih intensif untuk pencapaian akses energi yang terjangkau dan bersih.

Jangan lupa bagikan jika bermanfaat. Baca Berita dan Artikel Terbaru NaikPangkat.com di Google New



Semoga Informasi di atas bermanfaat bagi kita semua. Majukan Pendidikan Indonesia yang bermartabat dan berkualitas.


EmoticonEmoticon